Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ekspor 54 Ribu Ton CRC ke Spanyol, Bukti Ketangguhan Industri Baja Nasional

Kamis, 25 September 2025 | September 25, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-25T15:17:17Z
Ekspor 54 Ribu Ton CRC ke Spanyol, Bukti Ketangguhan Industri Baja Nasional. (Sumber: Kemenperin)

Banten, The Indonesian Time - Sebagai mother of industry, industri logam dasar memiliki peran vital dalam menopang berbagai subsektor lainnya. Kinerja industri logam dasar juga terus menunjukkan tren gemilang, yang terlihat pada triwulan II tahun 2025, dengan mencatatkan kontribusi sebesar 6,7 persen terhadap PDB nasional dan tumbuh double digit sebesar 14,7 persen (y-o-y).

“Capaian ini merupakan hasil ekspansi produksi yang semakin luas, didorong oleh permintaan global yang terus meningkat, khususnya dari sektor besi dan baja, serta keberhasilan program hilirisasi nasional yang konsisten menambah nilai produk dalam negeri,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Setia Diarta mewakili Menteri Perindustrian pada acara Pelepasan Ekspor Produk Cold Rolled Coil (CRC) PT Krakatau Baja Industri (KBI) ke Spanyol yang berlangsung di Cilegon, Banten, Kamis (25/9).

Dirjen ILMATE mengemukakan, industri baja nasional kini memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan infrastruktur, penguatan industri permesinan, otomotif, galangan kapal, hingga energi. Berdasarkan data World Steel Association, Indonesia pada 2024 menempati posisi ke-14 dalam produksi crude steel dunia dengan capaian 17 juta ton, atau meningkat 98,5 persen dibandingkan tahun 2019 yang hanya berproduksi 8,5 juta ton.

“Saat ini, kapasitas terpasang crude steel nasional mencapai 21 juta ton dan ditargetkan meningkat menjadi 27 juta ton pada 2029. Ini menunjukkan optimisme dan langkah ekspansif Indonesia dalam memperkuat daya saing di tingkat global,” ungkapnya.

Sejalan dengan sasaran tersebut, PT KBI ikut memberikan andil terhadap performa positif industri logam dasar nasional. Sepanjang 2025, perusahaan ini telah mengekspor 62 ribu ton produk CRC ke berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Polandia, dan Spanyol. Pada pelepasan ekspor ke Spanyol kali ini, PT KBI mengapalkan produk CRC dengan volume lebih dari 54 ribu ton atau senilai Rp571 miliar. 

Menurut Setia, momentum ekspor ini menjadi bukti nyata ketangguhan industri manufaktur Indonesia, khususnya industri baja, dalam menembus pasar internasional. Selain itu, menjadi bukti bahwa produk baja Indonesia memiliki peluang besar dan mampu bersaing di kancah global.

“Pelepasan ekspor ini mencerminkan kemampuan industri baja nasional menghasilkan produk berkualitas tinggi yang mampu memenuhi standar internasional. Kami memberikan apresiasi kepada PT Krakatau Baja Industri atas konsistensinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui aktivitas ekspor yang berkelanjutan,” tuturnya.

Setia menambahkan, ekspor CRC kali ini juga memperlihatkan sinergi kuat antara PT KBI sebagai industri penggilingan baja dengan PT Krakatau Steel sebagai penyedia bahan baku hulu. “Kolaborasi ini mencerminkan kekuatan ekosistem industri baja dalam negeri dalam merespons permintaan global,” jelasnya.

Dirjen ILMATE pun menekankan pentingnya keberlanjutan dan inovasi bagi industri baja nasional. “Industri besi dan baja memiliki peran krusial dalam memperkuat perekonomian nasional melalui penciptaan nilai tambah dan ekosistem hulu-hilir yang terintegrasi. Kami mendorong pelaku industri untuk terus meningkatkan kualitas produk, mengembangkan inovasi bernilai tambah tinggi, serta menerapkan proses produksi yang efisien dan ramah lingkungan,” tegasnya.

Setia menyampaikan rasa bangga dan terima kasih kepada PT KBI. “Keberhasilan ini kami harap dapat menjadi inspirasi bagi pelaku industri lain untuk terus meningkatkan daya saing dan memperluas pasar ekspor, sehingga industri Indonesia semakin diperhitungkan di kancah global,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT KBI Arief Purnomo menuturkan, keberhasilan ekspor ini merupakan hasil komitmen perusahaan dalam menjaga mutu produk dan layanan. Menurutnya, pasar ekspor ke depannya akan menjadi salah satu kekuatan penjualan bagi perusahaan. 

“Saat ini PTKBI sedang gencar bekerja sama dengan para mitra untuk mengakses pasa ekspor untuk produk CRC di berbagai belahan dunia. Kegiatan ekspor ini merupakan hasil kolaborasi Krakatau Baja Industri, Krakatau Posco sebagai penyedia bahan baku, dan Posco Internasional yang melakukan penguatan distribusi pasar internasional,” ungkapnya.

Dengan keberhasilan ekspor ke Spanyol ini, PT KBI diharapkan semakin memperkokoh posisinya sebagai produsen baja berkualitas global sekaligus mendukung Krakatau Steel Group dalam mewujudkan kemandirian industri baja Indonesia. Pencapaian ini juga menunjukkan komitmen PT KBI untuk terus tumbuh, memperluas pasar, dan memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian nasional.

Dukungan pemerintah

Pada kesempatan terpisah, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan, pemerintah terus berkomitmen menjaga momentum pertumbuhan industri baja nasional melalui berbagai kebijakan strategis. Upaya strategis yang dilakukan, antara lain mengoptimalkan dukungan melalui penerapan upaya-upaya hukum trade remedies secara efektif, pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib, pemberian fasilitas Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), pengutamaan penggunaan produk dalam negeri pada proyek pemerintah, fasilitas fiskal, serta penerapan prinsip industri hijau. 

“Kebijakan-kebijakan ini bertujuan memastikan adanya peningkatan kapasitas dan utilisasi produksi baja nasional secara berkesinambungan, serta memastikan produk baja dalam negeri mampu bersaing baik di pasar domestik maupun ekspor,” ungkapnya.

Agus juga mengingatkan bahwa ekspansi industri baja nasional tidak lepas dari berbagai tantangan akibat disrupsi ekonomi global. “Kita menghadapi dinamika global mulai dari efek kebijakan proteksionisme seperti Trump Tariff, ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Tiongkok, hingga konflik terbuka seperti Rusia–Ukraina dan Iran–Israel. Semua ini berpotensi mengganggu perdagangan dan stabilitas rantai pasok, termasuk produk baja dunia,” jelasnya.

Namun, Menperin optimistis, situasi ini sekaligus membuka peluang strategis. “Industri baja nasional memiliki ruang untuk memperluas penetrasi pasar ekspor dengan memanfaatkan terbukanya peluang akibat pembatasan perdagangan di antara para pemain utama global,” tegasnya.

Menperin menyatakan, pentingnya keberlanjutan dan inovasi bagi industri baja nasional. “Industri besi dan baja memiliki peran krusial dalam memperkuat perekonomian nasional melalui penciptaan nilai tambah dan ekosistem hulu-hilir yang terintegrasi. Kami mendorong pelaku industri untuk terus meningkatkan kualitas produk, mengembangkan inovasi bernilai tambah tinggi, serta menerapkan proses produksi yang efisien dan ramah lingkungan,” pungkasnya.***
×
Berita Terbaru Update