Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Indonesia Uji Kesiapsiagaan Hadapi Tsunami: BMKG Pimpin IOWAVE, Simulasikan Gempa M9,0 Selat Sunda

Jumat, 26 September 2025 | September 26, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-26T14:49:38Z
Indonesia Uji Kesiapsiagaan Hadapi Tsunami: BMKG Pimpin IOWAVE, Simulasikan Gempa M9,0 Selat Sunda. (Sumber: BMKG)

Jakarta, The Indonesian Time - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berpartisipasi aktif dalam latihan simulasi tsunami skala internasional, Indian Ocean Wave Exercise (IOWAVE25), yang melibatkan 28 negara di kawasan Samudra Hindia. Latihan tahunan ini bertujuan menguji dan memastikan sistem peringatan dini tsunami (Tsunami Early Warning System) dan kesiapsiagaan respons di wilayah rawan bencana berjalan efektif.

Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyatakan bahwa latihan kali ini berfokus pada pengujian rantai peringatan dini tsunami secara “end-to-end” atau dari hulu ke hilir. Alurnya, mulai dari BMKG selaku National Tsunami Warning Center (NTWC), diteruskan ke BPBD, hingga akhirnya sampai ke masyarakat di wilayah pesisir. Dengan demikian, peringatan dini tsunami bukan hanya dikeluarkan, tetapi juga diterima, dipahami, dan ditindaklanjuti oleh masyarakat terdampak.

“Pada IOWAVE25 hari ini, kita menguji skenario paling kritis: gempa dahsyat magnitudo (M) 9,0 di zona Megathrust Selat Sunda,” ujar Daryono. “Kami ingin memastikan peringatan dini tsunami bukan hanya dikeluarkan oleh BMKG selaku National Tsunami Warning Center (NTWC), tetapi juga diterima, dipahami, dan ditindaklanjuti oleh masyarakat di wilayah pesisir terdampak,” kata Daryono, Kamis (25/9).

Uji Kualitas Respons dan Sistem Redundansi

Latihan IOWAVE25 melibatkan kolaborasi intensif dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk 82 BPBD dari Provinsi dan Kabupaten di Selatan Jawa, Bali, NTB, dan NTT, BASARNAS, Infrastruktur Kritis, media massa hingga 13 kelompok masyarakat/desa di area pesisir.

Yang membedakan latihan tahun ini, sistem peringatan dini diuji dari Fungsi Back Up System/Redundansi Peringatan Dini Tsunami di BMKG Wilayah 3 Bali, bukan dari pusat di Jakarta. Hal ini dilakukan untuk menguji keandalan sistem cadangan BMKG dan memastikan tidak ada titik lemah dalam operasional InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System).

Latihan pada 25 September ini merupakan bagian dari rangkaian IOWAVE 2025 yang akan menguji total empat skenario tsunami, termasuk: 25 September 2025: Skenario Megathrust Selat Sunda (M9,0), 15 Oktober 2025: Skenario Subduksi Makran Pakistan (M9,0), 25 Oktober 2025: Skenario Non-Seismik (Gunung Api Fani Maore Mozambik), dan 5 November 2025: Skenario Megathrust Utara Sumatera (M9,2), bertepatan dengan Hari Kesadaran Tsunami Dunia (World Tsunami Awareness Day).

Kegiatan ini mencakup Table Top Exercise untuk menguji SOP, gladi Komunikasi, hingga Simulasi Evakuasi Mandiri yang penting bagi masyarakat. Partisipasi Indonesia dalam IOWAVE25 adalah wujud nyata komitmen terhadap inisiatif global “Early Warning for All”. BMKG menekankan bahwa peringatan dini tsunami harus diwujudkan bukan hanya sebagai Early Warning, melainkan juga sebagai Early Action atau Respons Cepat.

Untuk itu, Latihan IOWAVE 2025 juga mendorong masyarakat di daerah rawan tsunami untuk melaksanakan Latihan Evakuasi Mandiri, sebagai bagian dari upaya mewujudkan Tsunami Ready Community. Masyarakat harus terlatih dan memahami bagaimana merespons peringatan tsunami, baik yang bersumber dari sistem InaTEWS.

“Tsunami adalah bencana low frequency (jarang terjadi) namun high impact (dampak tinggi) yang dapat merenggut puluhan hingga ribuan nyawa,” tutup Daryono.

“Tujuan mulia InaTEWS adalah ‘zero victims’ apabila terjadi gempa dan tsunami. Ini hanya dapat tercapai jika semua komponen—pemerintah, lembaga, media, dan masyarakat—bersatu padu dan terlatih untuk merespons peringatan dengan cepat, tertib, dan terkendali,” pungkasnya.

Pada akhirnya, kegiatan IOWAVE 2025 merupakan ikhtiar mencapai cita-cita besar InaTEWS, yaitu “zero victims” apabila terjadi gempa dan tsunami. Tentu tujuan mulia ini hanya dapat tercapai apabila seluruh komponen sistem peringatan dini tsunami di Indonesia, mulai dari pemerintah pusat, daerah, lembaga terkait, akademisi, media, hingga masyarakat, bersatu padu, bahu-membahu meningkatkan kapasitas, dan membangun budaya siaga bencana.***
×
Berita Terbaru Update