Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kemenperin Apresiasi Kolaborasi Industri Alkes Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi

Senin, 08 September 2025 | September 08, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-08T14:14:07Z
Kemenperin Apresiasi Kolaborasi Industri Alkes Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi. (Sumber: Kemenperin)

Depok, The Indonesian Time - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk terus melakukan penguatan industri alat kesehatan (alkes) dalam negeri agar semakin inovatif, berdaya saing, dan mampu memenuhi kebutuhan nasional maupun pasar global. Guna mencapai sasaran tersebut, langkah yang dapat diwujudkan adalah melalui kolaborasi strategis dengan para mitra industri, baik swasta maupun internasional.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, industri alat kesehatan merupakan salah satu sektor prioritas yang akan terus dikembangkan karena berpotensi menjadi penyumbang besar terhadap perekonomian nasional.

“Industri alat kesehatan diharapkan berkontribusi besar dalam PDB nasional dalam beberapa tahun mendatang,” ujarnya dalam keterangannya, Senin (7/9).

Menperin optimistis, dengan semangat gotong royong dan inovasi yang direalisasikan oleh pelaku industri alkes dalam negeri, akan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 sebagai sebuah bangsa yang mandiri, kompetitif, dan berdaulat di bidang teknologi kesehatan. 

“Inisiatif seperti ini bukan hanya tentang produksi alat, tetapi tentang menyelamatkan nyawa, memperkuat sistem kesehatan nasional, dan membangun ketahanan ekonomi di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan pandemi,” tuturnya.

Oleh karena itu, Kemenperin memberikan apresiasi terhadap sinergi PT. Graha Teknomedika dan Mindray Medical International Limited untuk memproduksi sejumlah alat kesehatan yang inovatif. Alat kesehatan yang dihasilkan tersebut, yakni dua jenis ventilator (SV300 dan SV800) serta tiga tipe mesin anesthesia yaitu WATO EX-35, EX-65 PRO, dan A8.

“Produksi ventilator dan mesin anesthesia ini selaras dengan roadmap Making Indonesia 4.0, yang menempatkan sektor alat kesehatan sebagai pilar transformasi menuju ekonomi berbasis teknologi tinggi,” jelas Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Solehan mewakili Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) pada peluncuran produk alkes terebut di PT. Graha Teknomedika, Depok, Senin (7/9).

Solehan menyebutkan, berdasarkan data perdagangan, nilai ekspor mesin anestesi dalam kelompok instrumen dan peralatan elektro bedah atau elektromedis melonjak signfikan dari USD354.000 pada tahun 2022 menjadi USD5,84 juta pada 2024.

“Sementara itu, untuk nilai ekspor ventilator sebesar USD10,37 juta tahun 2024,” ungkapnya.

Pada sesi talkshow, Solehan menuturkan, Kemenperin terus mendukung pengembangan industri alat kesehatan berteknologi tinggi, seperti ventilator dan mesin anestesi, melalui berbagai strategi yang komprehensif dan berkelanjutan.

“Salah satu fokus utamanya adalah pengembangan sumber daya manusia industri melalui program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri alat kesehatan, baik di bidang pengembangan desain, proses produksi, material analysis, pengujian/testing, maupun transformasi industri 4.0, agar tercipta tenaga kerja yang kompeten dan siap menghadapi tantangan global,” paparnya.

Di sisi lain, Kemenperin juga mendorong penguatan pasar dalam negeri dengan mendorong belanja produk dalam negeri melalui program P3DN (Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri), serta memperkuat rantai pasok industri dalam negeri dengan membina industri komponen dan bahan baku agar tercipta ekosistem industri yang terintegrasi.
 

Substitusi impor

Lebih lanjut, Kemenperin mendorong PT. Graha Teknomedika dan Mindray Medical International Limited dapat mengambil peluang untuk substitusi impor serta menumbuhkan upaya ekspor produk melalui produksi ventilator dan mesin anestesi di dalam negeri.

“Hal ini mencerminkan komitmen kuat untuk mempercepat kemandirian industri alat kesehatan di Indonesia,” imbuhnya.

Solehan juga menyampaikan bahwa kolaborasi ini menunjukkan keberhasilan integrasi teknologi global dengan kapasitas produksi lokal sehingga dapat menghasilkan produk berstandar internasional.

“Kolaborasi dengan mitra strategis menjadi salah satu kunci percepatan inovasi. Melalui kerja sama riset, transfer teknologi, hingga pengembangan kapasitas produksi, industri kita akan mampu melahirkan produk-produk alkes modern yang sesuai dengan kebutuhan pasar,” jelasnya.

Solehan mengemukakan, pandemi Covid-19 telah mengajarkan pelajaran berharga tentang kerentanan rantai pasok global. Ventilator dan mesin anestesi sebagai alat vital untuk perawatan intensif, sempat menjadi barang langka yang bergantung sepenuhnya pada impor.

“Kini, dengan hadirnya produksi dari dalam negeri, kita tidak hanya mengurangi ketergantungan impor, tetapi juga menciptakan multiplier effect ekonomi yang luar biasa berupa penciptaan lapangan kerja baru di sektor manufaktur, peningkatan kapasitas R&D domestik, dan potensi ekspor ke pasar regional ASEAN maupun global,” paparnya.

Di samping itu, Indonesia yang dahulu sebagai konsumen, kini berpotensi menjadi pusat produksi alat kesehatan inovatif, dengan daya saing yang didukung oleh standar internasional seperti ISO dan CE marking yang telah dipenuhi oleh beberapa perusahaan alat kesehatan di Indonesia.

“Melalui kolaborasi antara PT. Graha Teknomedika dengan Mindray Medical International Limited ini, menjadi langkah awal yang baik menuju kemajuan industri alat kesehatan nasional yang mandiri dan berdaya saing, demi kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Solehan menambahkan, Kemenperin bertekad untuk memacu pengembangan industri alkes di dalam negeri, antara lain melalui berbagai pemberian insentif seperti fasilitas pajak berupa tax holiday, tax allowance, dan super deduction tax, serta promosi investasi terutama untuk produk alat kesehatan yang belum diproduksi di dalam negeri.

“Mari kita manfaatkan momentum ini untuk mendorong lebih banyak investasi langsung (foreign direct investment/FDI) yang berfokus pada transfer teknologi, serta pengembangan SDM melalui pelatihan vokasi yang relevan dengan Industri 4.0 seperti otomatisasi dan AI dalam perangkat medis,” tandasnya.


Kebangkitan industri alkes

Pada kesempatan yang sama, Direktur Marketing dan Keuangan PT Graha Teknomedika, Febie Yuriza Poetri menyampaikan, peluncuran produk baru ini menjadi simbol kebangkitan industri alat kesehatan Indonesia menuju kemandirian dan daya saing global.

“Ini bukti nyata bahwa bangsa Indonesia mampu menghadirkan produk alat kesehatan berteknologi tinggi yang setara dengan standar internasional. Kerja sama ini juga menjadi tonggak penting dalam membangun kemandirian bangsa di sektor alat kesehatan,” ujarnya.

Kolaborasi GTM dan Mindray tidak hanya mencakup investasi finansial, tetapi juga investasi pengetahuan, transfer teknologi, hingga peningkatan kapasitas SDM. Mindray menghadirkan platform teknologi kelas dunia, desain produk, serta pelatihan tenaga kerja, sementara GTM berinvestasi dalam infrastruktur produksi modern, assembly line, quality control, hingga pengembangan rantai pasok lokal.

“Yang kami lakukan bukan hanya soal investasi finansial, tetapi sebuah nilai besar untuk kemandirian bangsa. Mindray membawa teknologi kelas dunia, sementara kami memastikan teknologi itu dapat diproduksi dan dikembangkan di tanah air,” jelas Febie.

Saat ini, fasilitas produksi GTM telah memenuhi standar internasional ISO 13485, lengkap dengan peralatan produksi dan pengujian ventilator maupun mesin anestesi. Targetnya, kapasitas produksi mencapai 500–1.000 unit per tahun, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga untuk pasar ekspor.

Dari sisi tenaga kerja, tahap awal rekrutmen telah melibatkan 20 tenaga kerja lokal yang dilatih untuk menjadi operator, engineer, peneliti, hingga tenaga ahli yang menguasai teknologi tinggi. Jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan eskalasi kapasitas produksi.

Produk ventilator SV300 dan SV800 sudah mendapatkan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 40%, sedangkan produk anesthesia machine WATO EX-35, WATO EX-65 PRO dan A8 sedang dalam proses mendapatkan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dengan estimasi pencapaian juga di atas 40%, sesuai regulasi dan harapan Kementerian Perindustrian. Dengan capaian tersebut, produk ini berhak masuk kategori prioritas dalam e-Katalog pengadaan pemerintah.

“Ini adalah langkah konkret memperkuat kemandirian alat kesehatan nasional. Indonesia tidak lagi hanya menjadi pasar, tetapi juga produsen alat kesehatan kritis berteknologi tinggi,” tutur Febie.

Sementara itu, General Manager Mindray Indonesia, Max Cao menyampaikan bahwa komitmen perusahaan untuk mendukung visi pemerintah Indonesia dalam mewujudkan kemandirian industri alat kesehatan.

“Mindray adalah perusahaan perangkat medis kelas dunia, tetapi komitmen kami bersifat lokal. Mindray Indonesia berakar di sini, berdedikasi untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan bangsa ini,” ujarnya.

Menurut Max Cao, sejak tahun 2023, Mindray dan GTM memulai langkah ambisius untuk memproduksi ventilator dan anesthesia machine berkelas dunia secara lokal. Kemitraan ini menyatukan inovasi global Mindray dengan keahlian manufaktur lokal GTM.

“Hari ini, saya dengan bangga menyatakan bahwa misi tersebut berhasil. Produk seri AKD yang kami kembangkan bersama tidak hanya diluncurkan, tetapi juga mendapat sambutan positif,” jelasnya.

Max Cao menyampaikan dua pencapaian penting dari hasil kolaborasi ini. Pertama, produk ventilator dan anesthesia machine tersebut telah berhasil meraih Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 40 persen. Kedua, sambutan pasar terbukti sangat positif dengan adanya pemesanan sebanyak 200 unit ventilator.

“Keberhasilan ini adalah bukti nyata komitmen kami pada strategi lokalisasi Indonesia. Respon cepat pasar semakin menguatkan keyakinan kami untuk terus melangkah,” tambahnya.***
×
Berita Terbaru Update