Menjadi Salah Satu Pusat Pertumbuhan Ekonomi, Pengembangan KEK Terus Ditingkatkan agar Berkelanjutan dan Miliki Daya Saing Global. (Sumber: Kemenko)
Jakarta, The Indonesian Time - Berbagai capaian telah diraih dari keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) selama ini, sehingga KEK ditargetkan tidak hanya menjadi pusat investasi dan hilirisasi, tetapi juga menjadi instrumen strategis Indonesia untuk memperkuat daya saing global dan membawa dampak nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Pengembangan KEK juga diarahkan untuk turut mendukung pencapaian target-target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 dan visi Indonesia Emas 2045.
“Salah satu prioritas nasional kita adalah melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri. Sejalan dengan RPJMN tersebut, ke depan KEK akan terus kita kembangkan, salah satunya dengan mendorong ekspor sekaligus memperkuat substitusi impor,” ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Susiwijono Moegiarso dalam Konferensi Pers bertema “KEK sebagai Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi: Inspiring Growth, Leading Innovation”, di Jakarta, Selasa (9/09).
Upaya pengembangan KEK juga diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), riset, dan inovasi teknologi untuk menciptakan daya saing jangka panjang. Lebih jauh, KEK juga diposisikan sebagai simpul strategis nasional dan internasional dengan konektivitas yang terintegrasi, serta sebagai promosi investasi global. Hal ini diharapkan akan dapat memperkuat branding KEK Indonesia sebagai destinasi investasi unggulan dunia.
Secara kumulatif, total realisasi investasi di KEK telah mencapai Rp294,4 triliun, dengan tambahan investasi Rp40,48 triliun sepanjang semester pertama 2025. Pada periode yang sama, KEK juga berhasil menyerap 28.094 tenaga kerja atau 56,4% dari target tahun ini, menambah penyerapan tenaga kerja secara akumulatif menjadi 187.376 orang dengan 442 pelaku usaha.
Melalui kebijakan hilirisasi dan pengembangan KEK diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi global, memperkuat ekspor, serta membuka peluang besar bagi tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di berbagai daerah.
Hal ini dapat terlihat di KEK Gresik di mana PT Freeport Indonesia telah meresmikan pabrik smelter terbesar di dunia yang tidak hanya memperkuat industri tembaga nasional, tetapi juga mampu menghasilkan komoditas emas. Sementara itu, KEK Kendal resmi menghadirkan pabrik anoda baterai dengan kapasitas 80 ribu ton per tahun, setara untuk mendukung 1,5 juta mobil listrik (EV). Di sektor hilirisasi kelapa sawit, KEK Sei Mangkei telah memperkuat perannya dengan menarik investasi sebesar Rp6,5 triliun dan dengan ekspor yang mencapai Rp2,7 triliun pada 2024.
Dari sektor pendidikan, KEK Singhasari telah memulai perkuliahan di kampus King’s College London (KCL) dengan target 5 program studi dan 750 mahasiswa hingga 2030. Selain itu, Queen Mary University of London (QMUL) juga direncanakan akan mulai beroperasi pada September 2026 dengan target 6 ribu mahasiswa. Melalui kerja sama dengan Russell Group, ditargetkan total 10 ribu mahasiswa akan berkuliah di kawasan ini.
Di bidang ekonomi digital, KEK Nongsa juga berhasil menarik investasi senilai Rp5,8 triliun dari sejumlah perusahaan data center global. Melalui skema Two Countries Twin Parks (TCTP) Indonesia-Tiongkok, KEK Industropolis Batang direncanakan akan menyerap investasi sebesar USD3,6 miliar atau setara dengan Rp59,3 triliun.
Pada bidang kesehatan, KEK Sanur juga telah menghadirkan layanan unggulan melalui Bali International Hospital (BIH) dan sejumlah klinik dengan realisasi investasi yang mencapai Rp4,42 triliun. Kehadiran kawasan ini diproyeksikan akan menghemat devisa hingga Rp86 triliun dari layanan kesehatan masyarakat yang sebelumnya banyak dilakukan di luar negeri.
Dalam konferensi pers, juga disampaikan rencana pelaksanaan forum internasional Indonesia Special Economic Zone Investment Summit and Awards (SEZ-ISA) 2025 pada 11-12 November mendatang di Jakarta. Forum tersebut akan menghadirkan investor global, asosiasi bisnis, perbankan, lembaga keuangan, pengelola KEK, Kementerian/Lembaga, serta mitra media nasional dan internasional.
“Kami berharap Indonesia SEZ-ISA 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat kolaborasi, menarik investasi baru, dan membuktikan bahwa KEK mampu menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing,” pungkas Plt. Sekretaris Jenderal Dewan Nasional KEK Rizal Edwin Manansang.
Ajang Indonesia SEZ-ISA 2025 diyakini akan dapat memperkuat branding KEK Indonesia di mata dunia, menjalin kolaborasi strategis lintas sektor, serta mempercepat realisasi investasi nasional. Forum tersebut juga diharapkan mampu menjadi katalis dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi global yang inklusif, kompetitif, dan berkelanjutan.***